Rabu, 04 Januari 2017

PENGARUH KEBIJAKAN MONETER DAN FISKAL TERHADAP PERMINTAAN AGREGAT

KELOMPOK 11

PENGARUH KEBIJAKAN MONETER DAN FISKAL TERHADAP PERMINTAAN AGREGAT







Oleh :

           KADEK CYNTIA PRATIWI                   (1515151006)
           NI LUH PUTU TANYA DELLANI          (1515151007)
           KADEK DELLA INTAN P PRAMESTY (1515151008)
           I MADE AGUS PRAMANA PUTRA        (1515151009)






FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
EKSTENSI EKONOMI PEMBANGUNAN
UNUVERSITAS UDAYANA
2015


KATA PENGANTAR



Puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena atas segala berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyusun dan menyelesaikan tugas Pengantar Ekonomi Makro yang berjudul Pengaruh Kebijakan Moneter Dan Fiskal Terhadap Permintaan Agregatguna memenuhi salah satu tugas mata Pengantar Ekonomi Makro.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada berbagai pihak yang telah membantu menyelesaikan paper ini hingga selesai tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa penulisan paper ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca sangat penulis harapkan. Akhir kata penulis berharap semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan.


                                                                              Denpasar, Desember 2015



                                                                                                  
                                                                                              Penulis


DAFTAR ISI



Isi                                                                                                               Halaman

JUDUL...................................................................................   1
KATA PENGANTAR.............................................................   2
DAFTAR ISI..........................................................................   3
PETA KONSEP......................................................................   4

BAGAIMANA KEBIJAKAN MONETER MEMPENGARUHI PERMINTAAN AGREGAT
BAGAIMANA KEBIJAKAN FISKAL MEMENGARUHI PERMINTAAN AGREGAT

MENGGUNAKAN KEBIJAKAN UNTUK MENSTABILKAN PEREKONOMIAN

DAFTAR PUSTAKA..............................................................  




PETA KONSEP


PENGARUH KEBIJAKAN MONETER DAN FISKAL TERHADAP PERMINTAAN AGREGAT


BAGAIMANA KEBIJAKAN MONETER MEMPENGARUHI PERMINTAAN AGREGAT
          Kurva permintaan agregat menunjukkan jumlah permintaan barang dan jasa dalam perekonomian untuk sembarang tingkat harga. Kemiringan kurva permintaan agregat bergerak menurun karena tiga alasan sebagai berikut :
-      Pengaruh kekayaan : tingkat harga yang lebih rendah menaikkan nilai riil uang yang dipegang oleh rumah tangga, sedangkan kesejahteraan yang lebih tinggi ini mendorong belanja konsumen.
-      Pengaruh suku bunga : tingkat harga yang lebih rendah menurunkan suku bunga karena orang berusaha untuk meminjamkan kelebihan uang yang mereka pegang, sedangkan suku bunga yang lebih rendah mendorong pengeluaran untuk investasi.
-      Pengaruh nilai tukar : apabila tingkat harga yang lebih rendah menurunkan tingkat suku bunga, investor memindahkan sebagian dari dana mereka ke luar negeri dan menyebabkan mata uang domestik mengalami depresiasi relatif dengan mata uang asing. Depresiasi ini membuat barang-barang di dalam negeri menjadi lebih murah dibandingkan dengan barang-barang luar negeri dan, akibatnya mendorong belanja ekspor neto.
Ketiga pengaruh ini seharusnya tidak dianggap sebagai teori alternatif. Sebaliknya ketiganya terjadi secara bersamaan untuk meningkatkan jumlah permintaan barang dan jasa ketika tingkat harga turun dan untuk menurunkannya ketika tingkat harga naik.
Meskipun sama-sama menjelaskan bentuk kurva permintaan agregat yang miring ke bawah, ketiga pengaruh tersebut tidak sama pentingnya dan berbeda-beda menurut jenis perekonomian.
Untuk memahami bagaimana kebijakan mempengaruhi permintaan agregat, kita mempelajari pengaruh suku bunga secara lebih mendalam. Disini, kita mengembangkan teori tentang bagaimana suku bunga ditentukan yang disebut dengan teori preferensi likuiditas(theory of liquidity preference). Setelah kita mengembangkan teori ini, kita menggunakannya untuk memahami kemiringan kurva permintaan agregat yang menurun serta bagaimana kebijakan moneter mengubah kurva ini.

Teori Preferensi Likuiditas
Dalam buku klasiknya yang berjudul The General Theory of Employment, Interest, and Money, John Maynard mengajukan teori preferensi likuiditas untuk menjelaskan faktor-faktor yang menentukan suku bunga dalam perekonomian. Teori tersebut, pada dasarnya, tidak lebih dari penerapan penawaran dan permintaan. Menurut Keynes, suku bunga berubah-ubah untuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan uang.
Suku bunga  nominal adalah suku bunga yang umum dilaporkan dan suku bunga riil adalah suku bunga yang telah dikoreksi dengan pengaruh inflasi. Dalam analisis yang akan kita lihat, tingkat inflasi harapan diasumsikan konstan. Oleh karena itu, apabila suku bunga nominal naik atau turun, suku bunga riil yang diinginkan oleh orang juga naik atau turun. Di sepanjang bagian berikutnya pada bab ini, apabila kita menyinggung perubahan suku bunga. Anda seharusnya membayangkan suku bunga riil dan nominal bergerak ke arah yang sama.

Jumlah Uang yang Beredar
Bagian pertama dari teori preferensi likuiditas adalah jumlah uang yang beredar.  Bank sentral biasanya mengubah jumlah uang yang beredar terutama dengan mengubah jumlah cadangan dalam sistem perbankan melalui pembelian dan penjualan obligasi pemerintah dalam operasi pasar terbuka. Apabila bank sentral membeli obligasi pemerintah, uang yang dibayarkan untuk obligasi tersebut biasanya disimpan di bank-bank dan ditambahkan ke dalam cadangan bank. Apabila bank sentral menjual obligasi pemerintah, uang yang diterima dari obligasi tersebut ditarik dari sistem perbankan dan cadangan bank berkurang. Perubahan cadangan bank ini lantas menimbulkan perubahan kemampuan bank untuk memberikan pinjaman dan menciptakan uang.

Karena ditetapkan oleh kebijakan bank sentral, jumlah uang yang beredar tidak bergantung pada variabel – variabel ekonomi lainnya. Secara kursus jumlah uang yang beredar tidak bergantung pada suku bunga. Setelah bank sentral memutuskan kebijakannya, jumlah uang yang beredar tidak berubah, tanpa memandang suku bunga yang berlaku. Kita mengambarkan jumlah uang yang beredar tetap dengan kurva penawaran vertikal, seperti terlihat pada figur1.
Permintaan Uang.
          Bagian kedua teori preferensi likuiditas adalah permintaan uang. Sebagai langkah awal dalam memahami permintaan uang, ingat kembali bahwa likuiditas segala asset adalah kemudahan asset tersebut diubah menjadi alat pertukaran dalam perekonomian. Uang merupakan alat pertukaran dalam perekonomian sehingga sesuai dengan definisinya merupakan asset paling likuid yang tersedia. Likuiditas yang menjelaskan permintaan uang. Orang lebih memilih untuk memiliki uang daripada asset lain yang memberikan tingkat hasil lebih tinggi karena uang dapat digunakan untuk membeli barang dan jasa.
Faktor yang digaris bawahi oleh teori preferensi adalah suku bunga. Alasannya adalah suku bunga merupakan biaya kesempatan untuk memiliki uang.

Keseimbangan dalam Pasar Uang
Ada jenis suku bunga yang disebut dengan suku bunga  keseimbangan yang menyebabkan jumlah permintaan uang tepat seimbang dengan jumlah uang yang beredar. Apabila suku bunga berada di tingkat lain, orang akan berusaha menyesuaikan portofolio asset mereka sehingga mendorong suku bunga ke titik keseimbangannya.
Sebagai contoh, misalkan bahwa suku bunga berada di atas titik keseimbangan, misalnya r1 pada figur 1. Disini, jumlah uang yang ingin dipegang oleh masyarakat,  Md1, lebih kecil daripada jumlah uang yang ditetapkan oleh bank sentral. Mereka yang memiliki bunga surplus uang akan berusaha untuk menghabiskannya dengan membeli obligasi berbunga atau dengan menyimpannya untuk memperoleh bunga. Karena pihak Penerbit surat berharga dan bank-bank lebih suka untuk membayar suku bunga yang lebih rendah, mereka merespons surplus uang ini dengan menurunkan suku bunga yang mereka tawarkan.  Pada saat suku bunga turun, biasanya masyarakat menjadi lebih bersedia untuk memegang uang sampai ketika suku bunga keseimbangan, mereka puas karena memiliki jumlah tepat uang yang dibuat oleh bank sentral.
Sebaliknya, pada saat suku bunga di bawah titik keseimbangan seperti r2 pada figur 1, jumlah uang yang ingin dipegang oleh masyarakat, Md2 lebih besar daripada jumlah penawaran oleh bank sentral.

Kemiringan ke Bawah Kurva Permintaan Agregat
Secara khusus, kita anggap bahwa tingkat harga keseluruhan dalam perekonomian mengalami kenaikan. Apa yang terjadi dengan suku bunga yang menyeimbangkan penawaran dan permintaan uang, dan bagaimana perubahan itu mempengaruhi jumlah permintaan barang dan jasa? Tingkat merupakan satu penentu jumlah permintaan uang. Pada harga lebih tinggi, uang yang dipertukarkan semakin banyak setiap kali barang atau jasa dijual. Akibatnya, orang akan memilih untuk memiliki lebih banyak uang. Artinya, tingkat harga yang lebih tinggi menaikkan jumlah permintaan pada setiap suku  bunga yang berlaku. Oleh karena itu, kenaikan tingkat harga dari P1 menjadi P2 menggeser kurva permintaan ke kanan dari MD­1 menjadi MD­2, seperti terlihat pada panel (a) Figur 2.
Agar jumlah uang yang beredar tidak berubah, suku bunga harus naik untuk menyeimbangkan jumlah uang yang beredar dan permintaan uang. Tingkat harga yang lebih tinggi menaikkan jumlah uang yang ingin dimiliki oleh masyarakat dan menggeser kurva permintaan uang ke kanan. Namun, karena jumlah uang yang beredar tidak berubah sehingga suku bunga harus naik dari r­1 menjadi r2 untuk mencegah permintaan tambahan.
Kenaikan suku bunga ini tidak hanya mempengaruhi pasar uang, tetapi juga jumlah permintaan barang dan jasa, seperti terlihat pada panel (b).
Menyebabkan permintaan uang naik MD1 menjadi MD2 dan suku bunga dari r1 menjadi r2, jumlah permintaan barang dan jasa turun dari Y1 menjadi Y2 dengan demikian analisis penggaruh suku bunga dapat dirangkum menjadi 3 langkah pertama, tingkat harga yang lebih tinggi menaikan permintaan uang, kedua, permintaan uang lebih tinggi menyebabkan suku bunga menjadi lebih tinggi. (3) suku bunga yang lebih tinggi mengurangi permintaan barang dan jasa tentu saja, logika yang sama berlaku untuk kondisi sebaliknya. Tingkat harga yang lebih rendah menurunkan permintaan uang yang menyebabkan menjadi lebih rendah dan kemudian meningkatkan jumlah barang dan jasa. Hasil akhir analisis ini adalah hubungan negatif antara tingkat harga dan jumlah permintaan barang dan jasa yang diilustrasikan oleh kurva permintaan agregat yang miring kebawah.



Perubahan Jumlah Uang yang Beredar
Kita telah menggunakan teori preferensi likuiditas untuk menjelaskan bagaimana jumlah keseluruhan permintaan barang dan jasa dalam perekonomian berubah seiring dengan berubahnya tingkat harga. Artinya, kita mengamati pergerakan di sepanjang kurva permintaan agregat yang miring ke bawah. Namun, teori ini juga menjelaskan beberapa peristiwa lain yang mengubah jumlah permintaan barang dan jasa. Setiap jumlah permintaan barang dan jasa berubah pada tingkat harga tertentu, kurva permintaan agregat pun bergeser.
Satu variabel penting yang menggeser kurva permintaan agregat adalah kebijakan moneter. Seperti diperlihatkan pada panel (a) Figur 3, kenaikan jumlah uang yang beredar menggeser kurva jumlah uang yang beredar ke kanan dari MS1 menjadi MS­2­. Karena kurva permintaan uang belum berubah, suku bunga turun dari r1 menjadi r1 untuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan uang. Artinya, suku bunga harus turun agar orang memiliki uang tambahan yang dibuat oleh bank sentral.
Sekali lagi, suku bunga mempengaruhi  jumlah permintaan barang dan jasa, seperti terlihat pada panel (b) Figur 3, suku bunga yang lebih rendah menurunkan biaya pinjaman dan tingkat pengembalian dari tabungan. Perusahaan-perusahaan mengeluarkan biaya lebih banyak untuk membangun pabrik dan peralatan baru yang mendorong investasi bisnis. Akibatnya, jumlah permintaan barang dan jasa pada tingkat harga tertentu, P, naik dari Y1 menjadi Y2.  Oleh karena itu, kurva permintaan agregat secara keseluruhan bergeser ke kanan.
Sebagai rangkuman : Apabila bank sentral menaikkan jumlah uang yang beredar, suku bunga turun dan jumlah permintaan barang dan jasa untuk tingkat harga tertentu naik yang menyebabkan kurva permintaan agregat bergeser ke kanan. Sebaliknya, Apabila bank sentral menurunkan jumlah uang yang beredar, suku bunga naik dan jumlah permintaan barang dan jasa untuk tingkat harga tertentu turun, yang menyebabkan kurva permintaan agregat bergeser ke kiri.

BAGAIMANA KEBIJAKAN FISKAL MEMENGARUHI PERMINTAAN AGREGAT
Pemerintah dapat memengaruhi perilaku ekonomi tidak hanya melalui kebijakan moneter tetapi melalui kebijakan fiskal.Dalam jangka pendek,pengaruh utama kebijakan fiskal adalah terhadap permintaan agregat barang dan jasa.
1.  Perubahan-Perubahan dalam Pembelanjaan Negara
Ketika mengubah jumlah uang yang beredar atau tingkat pajak, pemerintah mengubah kurva permintaan agregat dengan memengaruhi keputusan belanja perusahaan atau rumah tangga.Sebaliknya,ketika mengubah belanja barang dan jasanya sendiri pemerintah mengubah kurva permintaan agregat secara langsung.



2.  Efek Penggandaan
Efek penggandaan (multiplier effect) adalah pergeseran tamabahan pada permintaan agregat yangmuncul jika kebijakan fiscal ekspansif meningkatkan pendapatan yang menyebabkan kenaikan belanja konsumen.Efek pengendalian ini berlanjut,ketika belanja konsumen meningkat,perusahaan-perusahaan yang memproduksi barang-barang konsumen memperkerjakan lebih banyak orang dan meraih lebih banyak keuntungan.Pendapatan dan keuntungan yang lebih tinggi kembali mendorong belanja konsumen.Oleh karena itu,ada umpan balik positif terhadap permintaan yang meningkat yang menimbulkan kenaikan pendapatan dan menyebabkan permintaan menjadilebih meningkat.Apabila seluruh efek ini digabungkan,efek totalnya terhadap jumlah permintaan barang dan jasa dapat lebih besar dari pada rangsangan awal dari belanja pemerintah yang lebih besar.Efek penggandaan yang muncul akibat respons belanja konsumen ini dapat diperkuat melalui respons investasi terhadap tingkat permintaan yang lebih tinggi.




3.  Rumus Penggandaan Belanja
Sedikit aljabar memungkinkan untuk menurunkan rumus besar efek penggandaan yang muncul dari belanja konsumen.Angka penting dalam rumus ini adalah kecenderungan konsumsi marginal (marginal propensity to consum-MPC),bagian pendapatan tambahan yang dikonsumsi oleh rumah tangga dan ditabungkan oleh rumah tangga.Sebagai contoh, anggap bahwa kecenderungan mengonsumsi marginal adalah 3/4. Ini berarti bahwa untuk setiap dolar tambahan yang diperoleh rumah tangga, rumah tangga tersebut membelanjakan $0,75 (3/4 dari satu dolar) dan menabung $0,25. Dengan MPC sebesar 3/4, ketika pegawai dan pemilik Buildit memperoleh pendapatan sebesar $20 miliar dari kontrak pemerintah, mereka meningkatkan belanja konsumen sebesar 3/4 x $20 miliar atau sama dengan $15 miliar. Untuk mengetahui dampak total terhadap permintaan barangdan jasa,maka akan menambahkan seluruh efek ini :
Perubahan belanjapemerintah     = $20 miliar
Perubahan pertama pada konsumsi       = MPCX      $20 miliar
Perubahan kedua pada konsumsi = MPC2X    $20 miliar
Perubahan ketiga pada konsumsi          = MPC3X    $20 miliar
“ ““ “
Jumlah perubahan permintaan     =(1+MPC+MPC2 +MPC3 + ….) x $20 miliar
Disini,”..” melambangkan angka tidak terhingga yang sejenis. Dengan demikian,kita dapat menuliskan rumus penggandaan sebagai berikut :

Pengganda = 1 + MPC + MPC2 +MPC3 + ...
Pengganda inimemberitahukan permintaan baragdan jasa yang dihasilkanoleh setiap dolar belanja pemerintah.
Untuk menyederhanakan persamaan pengganda ini,ingat kembali bahwa ungkapan ini merupakan deret geometris tak hingga.Untuk x antara -1 dan +1
1 + x + x2 + x3 + … = 1/(1-x)
Dalam kasus kita,x = MPC sehingga
Pengganda = 1÷ (1 – MPC)
Rumus penggandaan ini memberikan kesimpulan penting : Besar pengganda bergantung pada kecenderungan mengonsumsi marginal.

4.  Penerapan Lain dari Efek Penggandaan
Akibat efek penggandaan,satu dolar belanja pemerintah dapatmenghasilkan lebih dari satu dolar permintaan agregat.Namun,dasar pemikiran dari efek penggandaan ini tidak terbataspada perubahan balanja pemerintah.Sebaliknya,logika tersebut berlaku terhadap segala peristiwa yang mengubah semua komponen PDB konsumsi,investasi, belanja pemerintah atau ekspor neto.Penggandaan merupakan konsep penting dalam ekonomi makro karena memperlihatkan bagaimana perekonomian dapat menggandakan dampak perubahan belanja.Perubahan awal yang kecil dalam konsumsi,investasi,belanja peerintah atau ekspor neto dapat berdampak besar terhadap permintaan agregat.

EFEK PEMBATASAN PAKSA
Efek pengandaan kelihatannya menunjukan bahwa jika pemerintah melakukan belanja kontrak konstruksi dengan buildit $20 miliar, ekspansi permintaan agregat yang ditimbulkan pasti lebih besar dari $20 miliar. Penurunan permintaan agregat yang terjadi apabila ekspansi fiskal menaikan suku bunga disebut dengan efek pembatasan paksa ( crowding-out effect).
Pengaruh peningkatan permintaan uang diperlihatkan pada panel (a) Figur 5. Karena bank sentral belum mengubah jumlah uang yang beredar, kurva penawaran vertikal tidak berubah. Apabila tingkat pendapatan yang lebih tinggi menggeser kurva permintaan uang kekanan dari MD1 ke MD2 suku bunga harus naik dari r1 ke r2 untuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan.
Sebaliknya, kenaikan suku bunga ini menurunkan jumlah permintaan barang dan jasa. Khususnya, karena pinjaman lebih mahal, permintaan rumah baru dan barang – barang investasi untuk keperluan bisnis menurun.
 Artinya, kenaikan belanja pemerintah meningkatkan permintaan barang dan jasa, dan secara bersamaan mendesak investasi. Efek pembatasan paksa ini sebagian mengimbangi dampak belanja pemerintah terhadap permintaan agregat, seperti diilustrasikan pada panel (b) Figur 5. Dampak awal kenaikan belanja pemerintah mengeser kurva permintaan agregat dari AD1 ke AD2, namun setelah muncul efek pembatasan paksa, kurva permintaan agregat kembali turun ke AD3.
Sebagai rangkuman : apabila negara menaikan belanjanya sebesar $20 miliar, permintaan agregat barang dan jasa dapat naik sebesar lebih atau kurang dari $20 miliar, tergantung apakah efek pengandaan atau efek pembatasan paksa lebih besar.

PERUBAHAN – PERUBAHAN DALAM PERPAJAKAN
Perangkat kebijakan fiskal penting lainnya, selain tingkat belanja pemerintah, adalah tingkat perpajakan. Apabila pemerintah menurunkan pajak pendapatan perseorangan, misalnya, pendapatan bersih rumah tangga pun menjadi meningkat. Rumah tangga akan menabun dari pendapatan tambahan ini, namun mereka juga akan membelanjakan sebagian untuk barang – barang konsumsi. Karena meningkatkan belanja komsumen, penurunan pajak mengeser kurva permintaan agregat kekanan. Serupa dengan hal itu, kenaikan pajak menekan belanja konsumen dan mengeser kurva permintaan agregat keriri.
Besarnya pergeseran permintaan agregat yang ditimbulkan oleh perubahan pajak juga dipengaruhi oleh efek penggandaan dan pembatasan paksa. Ketika pemerintah menurunkan pajak dan mendorong belanja konsumen, pernghasilan dan keuntungan meningkat yang juga mendorong belanja konsumen. Ini merupakan efek pengandaan. Pada saat yang bersamaan, pendapatan lebih tinggi meningkatkan permintaan uang yang cenderung menaikan suku bunga. Suku bunga yang lebih tinggi membuat pinjaman lebih mahal sehingga menurunkan belanja investasi. Ini merupakan efek pembatasan paksa. Tergantung besar efek pengandaan dan efek pembatasan paksa, pergeseran permintaan agregat dapat lebih besar atau lebih kecil dari pada pajak perubahan yang menyebabkannya.
Penentu besar pergeseran permintaan agregat penting lainnya yang ditimbulkan oleh perubahan pajak, yakni persepsi rumah tangga tentang apakah perubahan pajak bersifat semetara atau permanen. Contoh, pemerintah mengumunkan penurunan pajak sebesar $1000 per rumah tangga. Dalam memutuskan bagaimana jumlah sebesar $1000 tersebut akan dibelanjakan, rumah tangga harus bertanya berapa lama pendapatan ekstra ini dapat bertahan. Jika rumah tangga memperkirakan bahwa penurunan pajak itu bersifat permanen maka mereka akan menganggapnya sebagai tambahan besar bagi sumber keuangan mereka sehingga meningkatkan belanja mereka sebesar jumlah itu. Penurunan pajak tersebut akan berdampak besar terhadap permintaan agregat. Sebaliknya, jika rumah tangga memperkirakan bahwa perubahan pajak tersebut bersifat sementara, mereka akan memandangnya sebagai tambahan kecil bagi sumber keuangan mereka sehingga akan meningkatkan belanja mereka sedikit saja.

MENGGUNAKAN KEBIJAKAN UNTUK MENSTABILKAN PEREKONOMIAN
Pendukung Kebijakan Stabilisasi Aktif
Pemerintah merupakan penentu posisi kurva permintaan agregat. Apabila pemerintah memangkas belanja pemerintah, permintaan agregat akan turun yang akan menekan produksi dan lapangan kerja dalam jangka pendek. Jika ingin mencegah dampak merugikan dari kebijakan fiskal ini, bank sentral dapat bertindak guna memperluas permintaan agregat dengan meningkatkan jumlah uang yang beredar. Ekspansi moneter dapat menurunkan suku bunga, mendorong belanja investasi, dan memperluas permintaan agregat. Jika respon kebijakan moneter tepat, gabungan perubahan kebijakan moneter dan fiskal tidak akan membuat permintaan agregat barang dan jasa terpengaruh.
Pemerintah dapat mengubah kebijakan moneter dan fiskalnya untuk merespon gelombang optimisme dan pesimisme ini sehingga mestabilkan perekonomian. Contoh, ketika orang pesimis secara berlebihan, bank sentral dapat meningkatkan jumlah uang yang beredar untuk menurunkan suku bunga dan meningkatkan permintaan agregat ketika mereka bersikap optimis secara berlebihan bank sentral dapat mengurangi jumlah uang yang beredar untuk meningkatkan suku bunga dan menurunkan permintaan agregat.

Penentang Kebijakan Stabilisasi Aktif
Seperti kita ketahui kebijakan moneter dilakukan dengan mengubah suku bunga, yang kemudian mempengaruhi belanja investasi namun demikian, banyak perusahaan telah membuat perubahan investasi oleh karena itu mayoritas ekonom percaya bahwa kebijakan moneter memerlukan setidaknya 6 bulan untuk benar – benar mempengaruhi output dan tingkat penyerapan tenaga kerja kelambanan kebijakan moneter dan fiskal ini menjadi masalah karena sebagian prakiraan sangat tidak tepat. Apabila para peramal dapat memprediksi kondisi perekonomian setahun sebelumnya maka pembuat kebijakan moneter dan fiskal dapat memandang kedepan saat membuat kebijakan tersebut. Pemerintah dapat mestabilkan perekonomian meskipun menghadapi kelambanan. Namun kenyataanya, resesi besar dan depresi terjadi tanpa peringatan awal. Hal terbaik yang dapat dilakukan oleh pemerintah setiap saat adalah merespons perubahan ekonomi ketika terjadi.

Stabilisator Otomatis
Stabilisator otomatis ( automatic stabilizers ) adalah perubahan – perubahan kebijakan fiskal yang mendorong permintaan agregat ketika perekonomian mengalami resesi yang tidak mengharuskan pemerintah melakukan tindakan yang disengaja.
Stabilisator otomatis terpenting adalah sistem pajak. Apabila ekonomi mengalami resesi, jumlah pajak yang dikumpulkan oleh pemerintah menurun secara otomatis karena hampir semua pajak terkait erat dengan kegiatan perekonomian. Pajak pendapatan pribadi bergantung pada pendapatan rumah tangga, pajak pernghasilan bergantung pada pendapatan pekerja, dan pajak pendapatan perusahaan bergantung pada keuntungan perusahaan. Karena pendapatan, penghasilan, dan keuntungan seluruhnya mengalami penurunan selama resesi, penghasilan pajak pemerintah juga menurun. Penurunan pajak secara otomatis ini mendorong permintaan agregat sehingga meringankan fluktuasi ekonomi.

KESIMPULAN
Sebelum membuat perubahan kebijakan pemerintah perlu mempertimbangkan segala dampak keputusan mereka.Pada awal buku ini kita telah mengkaji model ekonomi klasik yang menggambarkan pengaruh jangka panjang kebijakan moneter dan fiskal . Pada bagian itu ,kita melihat bagaimana kebijakan fiskal mempengaruhi tabungan investasi dan pertumbuhan jangka panjang, serta bagaimana kebijakan moneter mempengaruhi tingkat harga dan inflasi.
Pada bab ini, kita telah melihat pengaruh jangka pendek kebijakan moneter dan fiskal.Kita melihat bagaimana kedua perangkat kebijakan ini dapat mengubah pemintaan agregat barang dan jasa sehingga mengubah produksi dan lapangan pekerjaan dalam perekonomian jangka pendek. Apabila pemerintah mengurangi belanja untuk menyeimbangkan anggaran, pemerintah perlu memperhitungkan, baik dampak jangka panjang terhadap tabungan dan pertumbuhan maupun dampak jangka pendek terhadap permintaan agregat dan lapangan kerja. Apabila pemerintah menurunkan tingkat pertumbuhan jumlah uang yang beredar, pemerintah perlu memperhitungkan dampak jangka panjang terhadap inflasi dan juga dampak jangka pendek terhadap produksi. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar