KELOMPOK 11
PENGARUH KEBIJAKAN MONETER DAN FISKAL TERHADAP PERMINTAAN AGREGAT
Oleh
:
KADEK
CYNTIA PRATIWI (1515151006)
NI
LUH PUTU TANYA DELLANI (1515151007)
KADEK
DELLA INTAN P PRAMESTY (1515151008)
I
MADE AGUS PRAMANA PUTRA (1515151009)
FAKULTAS
EKONOMI DAN BISNIS
EKSTENSI EKONOMI PEMBANGUNAN
UNUVERSITAS UDAYANA
2015
EKSTENSI EKONOMI PEMBANGUNAN
UNUVERSITAS UDAYANA
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadapan
Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena atas segala berkat dan
rahmat-Nya, penulis dapat menyusun dan menyelesaikan tugas Pengantar
Ekonomi Makro yang berjudul “Pengaruh Kebijakan
Moneter Dan Fiskal Terhadap Permintaan Agregat” guna memenuhi salah satu tugas mata Pengantar Ekonomi
Makro.
Ucapan terima kasih
penulis sampaikan kepada berbagai pihak yang telah membantu menyelesaikan paper
ini hingga selesai tepat pada waktunya.
Penulis menyadari
bahwa penulisan paper
ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat
membangun dari pembaca sangat penulis harapkan. Akhir kata penulis berharap
semoga tugas ini
dapat bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan.
Denpasar,
Desember 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Isi Halaman
JUDUL................................................................................... 1
KATA PENGANTAR............................................................. 2
DAFTAR ISI.......................................................................... 3
PETA KONSEP...................................................................... 4
BAGAIMANA KEBIJAKAN
MONETER MEMPENGARUHI PERMINTAAN AGREGAT
BAGAIMANA KEBIJAKAN
FISKAL MEMENGARUHI PERMINTAAN AGREGAT
MENGGUNAKAN KEBIJAKAN UNTUK MENSTABILKAN PEREKONOMIAN
DAFTAR PUSTAKA..............................................................
PENGARUH KEBIJAKAN MONETER DAN FISKAL TERHADAP PERMINTAAN AGREGAT
BAGAIMANA KEBIJAKAN
MONETER MEMPENGARUHI PERMINTAAN AGREGAT
Kurva permintaan agregat menunjukkan
jumlah permintaan barang dan jasa dalam perekonomian untuk sembarang tingkat
harga. Kemiringan kurva permintaan agregat bergerak menurun karena tiga alasan sebagai
berikut :
- Pengaruh
kekayaan : tingkat harga yang lebih rendah menaikkan nilai riil uang yang
dipegang oleh rumah tangga, sedangkan kesejahteraan yang lebih tinggi ini
mendorong belanja konsumen.
- Pengaruh
suku bunga : tingkat harga yang lebih rendah menurunkan suku bunga karena orang
berusaha untuk meminjamkan kelebihan uang yang mereka pegang, sedangkan suku
bunga yang lebih rendah mendorong pengeluaran untuk investasi.
- Pengaruh
nilai tukar : apabila tingkat harga yang lebih rendah menurunkan tingkat suku
bunga, investor memindahkan sebagian dari dana mereka ke luar negeri dan
menyebabkan mata uang domestik mengalami depresiasi relatif dengan mata uang
asing. Depresiasi ini membuat barang-barang di dalam negeri menjadi lebih murah
dibandingkan dengan barang-barang luar negeri dan, akibatnya mendorong belanja
ekspor neto.
Ketiga pengaruh
ini seharusnya tidak dianggap sebagai teori alternatif. Sebaliknya ketiganya
terjadi secara bersamaan untuk meningkatkan jumlah permintaan barang dan jasa
ketika tingkat harga turun dan untuk menurunkannya ketika tingkat harga naik.
Meskipun
sama-sama menjelaskan bentuk kurva permintaan agregat yang miring ke bawah,
ketiga pengaruh tersebut tidak sama pentingnya dan berbeda-beda menurut jenis
perekonomian.
Untuk memahami
bagaimana kebijakan mempengaruhi permintaan agregat, kita mempelajari pengaruh
suku bunga secara lebih mendalam. Disini, kita mengembangkan teori tentang
bagaimana suku bunga ditentukan yang disebut dengan teori preferensi likuiditas(theory of liquidity preference).
Setelah kita mengembangkan teori ini, kita menggunakannya untuk memahami
kemiringan kurva permintaan agregat yang menurun serta bagaimana kebijakan
moneter mengubah kurva ini.
Teori Preferensi
Likuiditas
Dalam buku
klasiknya yang berjudul The General
Theory of Employment, Interest, and Money, John Maynard mengajukan teori
preferensi likuiditas untuk menjelaskan faktor-faktor yang menentukan suku
bunga dalam perekonomian. Teori tersebut, pada dasarnya, tidak lebih dari
penerapan penawaran dan permintaan. Menurut Keynes, suku bunga berubah-ubah
untuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan uang.
Suku bunga nominal adalah suku bunga yang umum
dilaporkan dan suku bunga riil adalah suku bunga yang telah dikoreksi dengan
pengaruh inflasi. Dalam analisis yang akan kita lihat, tingkat inflasi harapan
diasumsikan konstan. Oleh karena itu, apabila suku bunga nominal naik atau
turun, suku bunga riil yang diinginkan oleh orang juga naik atau turun. Di
sepanjang bagian berikutnya pada bab ini, apabila kita menyinggung perubahan
suku bunga. Anda seharusnya membayangkan suku bunga riil dan nominal bergerak
ke arah yang sama.
Jumlah Uang yang
Beredar
Bagian
pertama dari teori preferensi likuiditas adalah jumlah uang yang beredar. Bank sentral biasanya mengubah jumlah uang
yang beredar terutama dengan mengubah jumlah cadangan dalam sistem perbankan
melalui pembelian dan penjualan obligasi pemerintah dalam operasi pasar
terbuka. Apabila bank sentral membeli obligasi pemerintah, uang yang dibayarkan
untuk obligasi tersebut biasanya disimpan di bank-bank dan ditambahkan ke dalam
cadangan bank. Apabila bank sentral menjual obligasi pemerintah, uang yang
diterima dari obligasi tersebut ditarik dari sistem perbankan dan cadangan bank
berkurang. Perubahan cadangan bank ini lantas menimbulkan perubahan kemampuan
bank untuk memberikan pinjaman dan menciptakan uang.
Karena ditetapkan oleh kebijakan bank sentral, jumlah
uang yang beredar tidak bergantung pada variabel – variabel ekonomi lainnya.
Secara kursus jumlah uang yang beredar tidak bergantung pada suku bunga.
Setelah bank sentral memutuskan kebijakannya, jumlah uang yang beredar tidak
berubah, tanpa memandang suku bunga yang berlaku. Kita mengambarkan jumlah uang
yang beredar tetap dengan kurva penawaran vertikal, seperti terlihat pada
figur1.
Permintaan Uang.
Bagian kedua teori preferensi
likuiditas adalah permintaan uang. Sebagai langkah awal dalam memahami
permintaan uang, ingat kembali bahwa likuiditas segala asset adalah kemudahan
asset tersebut diubah menjadi alat pertukaran dalam perekonomian. Uang
merupakan alat pertukaran dalam perekonomian sehingga sesuai dengan definisinya
merupakan asset paling likuid yang tersedia. Likuiditas yang menjelaskan
permintaan uang. Orang lebih memilih untuk memiliki uang daripada asset lain
yang memberikan tingkat hasil lebih tinggi karena uang dapat digunakan untuk
membeli barang dan jasa.
Faktor
yang digaris bawahi oleh teori preferensi adalah suku bunga. Alasannya adalah
suku bunga merupakan biaya kesempatan untuk memiliki uang.
Keseimbangan dalam
Pasar Uang
Ada
jenis suku bunga yang disebut dengan suku bunga
keseimbangan yang menyebabkan jumlah permintaan uang tepat seimbang
dengan jumlah uang yang beredar. Apabila suku bunga berada di tingkat lain,
orang akan berusaha menyesuaikan portofolio asset mereka sehingga mendorong
suku bunga ke titik keseimbangannya.
Sebagai
contoh, misalkan bahwa suku bunga berada di atas titik keseimbangan, misalnya r1
pada figur 1. Disini, jumlah uang yang ingin dipegang oleh
masyarakat, Md1,
lebih kecil daripada jumlah uang yang ditetapkan oleh bank sentral. Mereka yang
memiliki bunga surplus uang akan berusaha untuk menghabiskannya dengan membeli
obligasi berbunga atau dengan menyimpannya untuk memperoleh bunga. Karena pihak
Penerbit surat berharga dan bank-bank lebih suka untuk membayar suku bunga yang
lebih rendah, mereka merespons surplus uang ini dengan menurunkan suku bunga
yang mereka tawarkan. Pada saat suku bunga
turun, biasanya masyarakat menjadi lebih bersedia untuk memegang uang sampai
ketika suku bunga keseimbangan, mereka puas karena memiliki jumlah tepat uang
yang dibuat oleh bank sentral.
Sebaliknya,
pada saat suku bunga di bawah titik keseimbangan seperti r2 pada
figur 1, jumlah uang yang ingin dipegang oleh masyarakat, Md2
lebih besar daripada jumlah penawaran oleh bank sentral.
Kemiringan ke Bawah
Kurva Permintaan Agregat
Secara
khusus, kita anggap bahwa tingkat harga keseluruhan dalam perekonomian
mengalami kenaikan. Apa yang terjadi dengan suku bunga yang menyeimbangkan
penawaran dan permintaan uang, dan bagaimana perubahan itu mempengaruhi jumlah
permintaan barang dan jasa? Tingkat merupakan satu penentu jumlah permintaan
uang. Pada harga lebih tinggi, uang yang dipertukarkan semakin banyak setiap
kali barang atau jasa dijual. Akibatnya, orang akan memilih untuk memiliki
lebih banyak uang. Artinya, tingkat harga yang lebih tinggi menaikkan jumlah
permintaan pada setiap suku bunga yang
berlaku. Oleh karena itu, kenaikan tingkat harga dari P1 menjadi P2
menggeser kurva permintaan ke kanan dari MD1 menjadi MD2, seperti
terlihat pada panel (a) Figur 2.
Agar
jumlah uang yang beredar tidak berubah, suku bunga harus naik untuk
menyeimbangkan jumlah uang yang beredar dan permintaan uang. Tingkat harga yang
lebih tinggi menaikkan jumlah uang yang ingin dimiliki oleh masyarakat dan
menggeser kurva permintaan uang ke kanan. Namun, karena jumlah uang yang
beredar tidak berubah sehingga suku bunga harus naik dari r1
menjadi r2 untuk mencegah permintaan tambahan.
Kenaikan
suku bunga ini tidak hanya mempengaruhi pasar uang, tetapi juga jumlah
permintaan barang dan jasa, seperti terlihat pada panel (b).
Menyebabkan permintaan uang naik MD1 menjadi MD2 dan suku
bunga dari r1 menjadi r2, jumlah permintaan barang dan jasa turun dari Y1
menjadi Y2 dengan demikian analisis penggaruh suku bunga dapat dirangkum
menjadi 3 langkah pertama, tingkat harga yang lebih tinggi menaikan permintaan
uang, kedua, permintaan uang lebih tinggi menyebabkan suku bunga menjadi lebih
tinggi. (3) suku bunga yang lebih tinggi mengurangi permintaan barang dan jasa
tentu saja, logika yang sama berlaku untuk kondisi sebaliknya. Tingkat harga
yang lebih rendah menurunkan permintaan uang yang menyebabkan menjadi lebih
rendah dan kemudian meningkatkan jumlah barang dan jasa. Hasil akhir analisis
ini adalah hubungan negatif antara tingkat harga dan jumlah permintaan barang
dan jasa yang diilustrasikan oleh kurva permintaan agregat yang miring kebawah.
Perubahan Jumlah Uang
yang Beredar
Kita
telah menggunakan teori preferensi likuiditas untuk menjelaskan bagaimana
jumlah keseluruhan permintaan barang dan jasa dalam perekonomian berubah
seiring dengan berubahnya tingkat harga. Artinya, kita mengamati pergerakan di
sepanjang kurva permintaan agregat yang miring ke bawah. Namun, teori ini juga
menjelaskan beberapa peristiwa lain yang mengubah jumlah permintaan barang dan
jasa. Setiap jumlah permintaan barang dan jasa berubah pada tingkat harga
tertentu, kurva permintaan agregat pun bergeser.
Satu
variabel penting yang menggeser kurva permintaan agregat adalah kebijakan
moneter. Seperti diperlihatkan pada panel (a) Figur 3, kenaikan jumlah uang
yang beredar menggeser kurva jumlah uang yang beredar ke kanan dari MS1 menjadi
MS2. Karena kurva permintaan uang belum berubah, suku bunga turun
dari r1 menjadi r1 untuk menyeimbangkan penawaran dan
permintaan uang. Artinya, suku bunga harus turun agar orang memiliki uang
tambahan yang dibuat oleh bank sentral.
Sekali
lagi, suku bunga mempengaruhi jumlah
permintaan barang dan jasa, seperti terlihat pada panel (b) Figur 3, suku bunga
yang lebih rendah menurunkan biaya pinjaman dan tingkat pengembalian dari
tabungan. Perusahaan-perusahaan mengeluarkan biaya lebih banyak untuk membangun
pabrik dan peralatan baru yang mendorong investasi bisnis. Akibatnya, jumlah
permintaan barang dan jasa pada tingkat harga tertentu, P, naik dari Y1
menjadi Y2. Oleh karena itu,
kurva permintaan agregat secara keseluruhan bergeser ke kanan.
Sebagai
rangkuman : Apabila bank sentral
menaikkan jumlah uang yang beredar, suku bunga turun dan jumlah permintaan
barang dan jasa untuk tingkat harga tertentu naik yang menyebabkan kurva
permintaan agregat bergeser ke kanan. Sebaliknya, Apabila bank sentral
menurunkan jumlah uang yang beredar, suku bunga naik dan jumlah permintaan
barang dan jasa untuk tingkat harga tertentu turun, yang menyebabkan kurva
permintaan agregat bergeser ke kiri.
BAGAIMANA KEBIJAKAN
FISKAL MEMENGARUHI PERMINTAAN AGREGAT
Pemerintah
dapat memengaruhi perilaku ekonomi tidak hanya melalui kebijakan moneter tetapi
melalui kebijakan fiskal.Dalam jangka pendek,pengaruh utama kebijakan fiskal
adalah terhadap permintaan agregat barang dan jasa.
1.
Perubahan-Perubahan
dalam Pembelanjaan Negara
Ketika mengubah jumlah
uang yang beredar atau tingkat pajak, pemerintah mengubah kurva permintaan
agregat dengan memengaruhi keputusan belanja perusahaan atau rumah
tangga.Sebaliknya,ketika mengubah belanja barang dan jasanya sendiri pemerintah
mengubah kurva permintaan agregat secara langsung.
2.
Efek
Penggandaan
Efek penggandaan (multiplier effect) adalah pergeseran
tamabahan pada permintaan agregat yangmuncul jika kebijakan fiscal ekspansif
meningkatkan pendapatan yang menyebabkan kenaikan belanja konsumen.Efek
pengendalian ini berlanjut,ketika belanja konsumen
meningkat,perusahaan-perusahaan yang memproduksi barang-barang konsumen
memperkerjakan lebih banyak orang dan meraih lebih banyak keuntungan.Pendapatan
dan keuntungan yang lebih tinggi kembali mendorong belanja konsumen.Oleh karena
itu,ada umpan balik positif terhadap permintaan yang meningkat yang menimbulkan
kenaikan pendapatan dan menyebabkan permintaan menjadilebih meningkat.Apabila
seluruh efek ini digabungkan,efek totalnya terhadap jumlah permintaan barang
dan jasa dapat lebih besar dari pada rangsangan awal dari belanja pemerintah
yang lebih besar.Efek penggandaan yang muncul akibat respons belanja konsumen
ini dapat diperkuat melalui respons investasi terhadap tingkat permintaan yang
lebih tinggi.
3.
Rumus
Penggandaan Belanja
Sedikit aljabar memungkinkan untuk menurunkan rumus besar
efek penggandaan yang muncul dari belanja konsumen.Angka penting dalam
rumus ini adalah kecenderungan konsumsi marginal (marginal propensity to consum-MPC),bagian pendapatan tambahan yang
dikonsumsi oleh rumah tangga dan ditabungkan oleh rumah tangga.Sebagai contoh,
anggap bahwa kecenderungan mengonsumsi marginal adalah 3/4. Ini berarti bahwa
untuk setiap dolar tambahan yang diperoleh rumah tangga, rumah tangga tersebut
membelanjakan $0,75 (3/4 dari satu dolar) dan menabung $0,25. Dengan MPC
sebesar 3/4, ketika pegawai dan pemilik Buildit memperoleh pendapatan sebesar
$20 miliar dari kontrak pemerintah, mereka meningkatkan belanja konsumen
sebesar 3/4 x $20 miliar atau sama dengan $15 miliar. Untuk mengetahui dampak
total terhadap permintaan barangdan jasa,maka akan menambahkan seluruh efek ini
:
Perubahan
belanjapemerintah = $20
miliar
Perubahan
pertama pada konsumsi = MPCX $20 miliar
Perubahan
kedua pada konsumsi = MPC2X $20 miliar
Perubahan
ketiga pada konsumsi = MPC3X $20 miliar
“ ““ “
Jumlah
perubahan permintaan =(1+MPC+MPC2 +MPC3 +
….) x $20 miliar
Disini,”..” melambangkan angka tidak terhingga
yang sejenis. Dengan demikian,kita dapat menuliskan rumus penggandaan sebagai
berikut :
Pengganda = 1 + MPC +
MPC2 +MPC3 + ...
Pengganda
inimemberitahukan permintaan baragdan jasa yang dihasilkanoleh setiap dolar
belanja pemerintah.
Untuk
menyederhanakan persamaan pengganda ini,ingat kembali bahwa ungkapan ini
merupakan deret geometris tak hingga.Untuk x antara -1 dan +1
1 + x + x2 +
x3 + … = 1/(1-x)
Dalam
kasus kita,x = MPC sehingga
Pengganda = 1÷ (1 –
MPC)
Rumus
penggandaan ini memberikan kesimpulan penting : Besar pengganda bergantung pada kecenderungan mengonsumsi marginal.
4.
Penerapan
Lain dari Efek Penggandaan
Akibat efek
penggandaan,satu dolar belanja pemerintah dapatmenghasilkan lebih dari satu
dolar permintaan agregat.Namun,dasar pemikiran dari efek penggandaan ini tidak
terbataspada perubahan balanja pemerintah.Sebaliknya,logika tersebut berlaku
terhadap segala peristiwa yang mengubah semua komponen PDB konsumsi,investasi,
belanja pemerintah atau ekspor neto.Penggandaan merupakan konsep penting dalam
ekonomi makro karena memperlihatkan bagaimana perekonomian dapat menggandakan
dampak perubahan belanja.Perubahan awal yang kecil dalam
konsumsi,investasi,belanja peerintah atau ekspor neto dapat berdampak besar
terhadap permintaan agregat.
EFEK PEMBATASAN PAKSA
Efek pengandaan kelihatannya menunjukan bahwa jika
pemerintah melakukan belanja kontrak konstruksi dengan buildit $20 miliar,
ekspansi permintaan agregat yang ditimbulkan pasti lebih besar dari $20 miliar.
Penurunan permintaan agregat yang terjadi apabila ekspansi fiskal menaikan suku
bunga disebut dengan efek pembatasan paksa ( crowding-out effect).
Pengaruh peningkatan permintaan uang diperlihatkan pada
panel (a) Figur 5. Karena bank sentral belum mengubah jumlah uang yang beredar,
kurva penawaran vertikal tidak berubah. Apabila tingkat pendapatan yang lebih
tinggi menggeser kurva permintaan uang kekanan dari MD1 ke MD2 suku bunga harus
naik dari r1 ke r2 untuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan.
Sebaliknya, kenaikan suku bunga ini menurunkan jumlah
permintaan barang dan jasa. Khususnya, karena pinjaman lebih mahal, permintaan
rumah baru dan barang – barang investasi untuk keperluan bisnis menurun.
Artinya, kenaikan
belanja pemerintah meningkatkan permintaan barang dan jasa, dan secara
bersamaan mendesak investasi. Efek pembatasan paksa ini sebagian mengimbangi
dampak belanja pemerintah terhadap permintaan agregat, seperti diilustrasikan
pada panel (b) Figur 5. Dampak awal kenaikan belanja pemerintah mengeser kurva
permintaan agregat dari AD1 ke AD2, namun setelah muncul efek pembatasan paksa,
kurva permintaan agregat kembali turun ke AD3.
Sebagai rangkuman : apabila negara menaikan belanjanya
sebesar $20 miliar, permintaan agregat barang dan jasa dapat naik sebesar lebih
atau kurang dari $20 miliar, tergantung apakah efek pengandaan atau efek
pembatasan paksa lebih besar.
PERUBAHAN – PERUBAHAN DALAM PERPAJAKAN
Perangkat kebijakan fiskal penting lainnya, selain
tingkat belanja pemerintah, adalah tingkat perpajakan. Apabila pemerintah
menurunkan pajak pendapatan perseorangan, misalnya, pendapatan bersih rumah
tangga pun menjadi meningkat. Rumah tangga akan menabun dari pendapatan
tambahan ini, namun mereka juga akan membelanjakan sebagian untuk barang –
barang konsumsi. Karena meningkatkan belanja komsumen, penurunan pajak mengeser
kurva permintaan agregat kekanan. Serupa dengan hal itu, kenaikan pajak menekan
belanja konsumen dan mengeser kurva permintaan agregat keriri.
Besarnya pergeseran permintaan agregat yang ditimbulkan
oleh perubahan pajak juga dipengaruhi oleh efek penggandaan dan pembatasan
paksa. Ketika pemerintah menurunkan pajak dan mendorong belanja konsumen,
pernghasilan dan keuntungan meningkat yang juga mendorong belanja konsumen. Ini
merupakan efek pengandaan. Pada saat yang bersamaan, pendapatan lebih tinggi
meningkatkan permintaan uang yang cenderung menaikan suku bunga. Suku bunga
yang lebih tinggi membuat pinjaman lebih mahal sehingga menurunkan belanja
investasi. Ini merupakan efek pembatasan paksa. Tergantung besar efek
pengandaan dan efek pembatasan paksa, pergeseran permintaan agregat dapat lebih
besar atau lebih kecil dari pada pajak perubahan yang menyebabkannya.
Penentu besar pergeseran permintaan agregat penting
lainnya yang ditimbulkan oleh perubahan pajak, yakni persepsi rumah tangga
tentang apakah perubahan pajak bersifat semetara atau permanen. Contoh,
pemerintah mengumunkan penurunan pajak sebesar $1000 per rumah tangga. Dalam
memutuskan bagaimana jumlah sebesar $1000 tersebut akan dibelanjakan, rumah
tangga harus bertanya berapa lama pendapatan ekstra ini dapat bertahan. Jika
rumah tangga memperkirakan bahwa penurunan pajak itu bersifat permanen maka
mereka akan menganggapnya sebagai tambahan besar bagi sumber keuangan mereka
sehingga meningkatkan belanja mereka sebesar jumlah itu. Penurunan pajak
tersebut akan berdampak besar terhadap permintaan agregat. Sebaliknya, jika
rumah tangga memperkirakan bahwa perubahan pajak tersebut bersifat sementara,
mereka akan memandangnya sebagai tambahan kecil bagi sumber keuangan mereka
sehingga akan meningkatkan belanja mereka sedikit saja.
MENGGUNAKAN KEBIJAKAN UNTUK MENSTABILKAN PEREKONOMIAN
Pendukung Kebijakan Stabilisasi Aktif
Pemerintah merupakan penentu posisi kurva permintaan
agregat. Apabila pemerintah memangkas belanja pemerintah, permintaan agregat
akan turun yang akan menekan produksi dan lapangan kerja dalam jangka pendek.
Jika ingin mencegah dampak merugikan dari kebijakan fiskal ini, bank sentral
dapat bertindak guna memperluas permintaan agregat dengan meningkatkan jumlah
uang yang beredar. Ekspansi moneter dapat menurunkan suku bunga, mendorong
belanja investasi, dan memperluas permintaan agregat. Jika respon kebijakan
moneter tepat, gabungan perubahan kebijakan moneter dan fiskal tidak akan
membuat permintaan agregat barang dan jasa terpengaruh.
Pemerintah dapat mengubah kebijakan moneter dan fiskalnya
untuk merespon gelombang optimisme dan pesimisme ini sehingga mestabilkan perekonomian.
Contoh, ketika orang pesimis secara berlebihan, bank sentral dapat meningkatkan
jumlah uang yang beredar untuk menurunkan suku bunga dan meningkatkan
permintaan agregat ketika mereka bersikap optimis secara berlebihan bank
sentral dapat mengurangi jumlah uang yang beredar untuk meningkatkan suku bunga
dan menurunkan permintaan agregat.
Penentang Kebijakan Stabilisasi Aktif
Seperti kita ketahui kebijakan moneter dilakukan dengan
mengubah suku bunga, yang kemudian mempengaruhi belanja investasi namun
demikian, banyak perusahaan telah membuat perubahan investasi oleh karena itu
mayoritas ekonom percaya bahwa kebijakan moneter memerlukan setidaknya 6 bulan
untuk benar – benar mempengaruhi output dan tingkat penyerapan tenaga kerja
kelambanan kebijakan moneter dan fiskal ini menjadi masalah karena sebagian
prakiraan sangat tidak tepat. Apabila para peramal dapat memprediksi kondisi
perekonomian setahun sebelumnya maka pembuat kebijakan moneter dan fiskal dapat
memandang kedepan saat membuat kebijakan tersebut. Pemerintah dapat mestabilkan
perekonomian meskipun menghadapi kelambanan. Namun kenyataanya, resesi besar
dan depresi terjadi tanpa peringatan awal. Hal terbaik yang dapat dilakukan
oleh pemerintah setiap saat adalah merespons perubahan ekonomi ketika terjadi.
Stabilisator Otomatis
Stabilisator otomatis ( automatic stabilizers ) adalah
perubahan – perubahan kebijakan fiskal yang mendorong permintaan agregat ketika
perekonomian mengalami resesi yang tidak mengharuskan pemerintah melakukan
tindakan yang disengaja.
Stabilisator otomatis terpenting adalah sistem pajak.
Apabila ekonomi mengalami resesi, jumlah pajak yang dikumpulkan oleh pemerintah
menurun secara otomatis karena hampir semua pajak terkait erat dengan kegiatan
perekonomian. Pajak pendapatan pribadi bergantung pada pendapatan rumah tangga,
pajak pernghasilan bergantung pada pendapatan pekerja, dan pajak pendapatan
perusahaan bergantung pada keuntungan perusahaan. Karena pendapatan,
penghasilan, dan keuntungan seluruhnya mengalami penurunan selama resesi,
penghasilan pajak pemerintah juga menurun. Penurunan pajak secara otomatis ini
mendorong permintaan agregat sehingga meringankan fluktuasi ekonomi.
KESIMPULAN
Sebelum membuat perubahan kebijakan pemerintah perlu mempertimbangkan
segala dampak keputusan mereka.Pada awal buku ini kita telah mengkaji model
ekonomi klasik yang menggambarkan pengaruh jangka panjang kebijakan moneter dan
fiskal . Pada bagian itu ,kita melihat bagaimana kebijakan fiskal mempengaruhi
tabungan investasi dan pertumbuhan jangka panjang, serta bagaimana kebijakan
moneter mempengaruhi tingkat harga dan inflasi.
Pada bab ini, kita telah melihat pengaruh jangka pendek
kebijakan moneter dan fiskal.Kita melihat bagaimana kedua perangkat kebijakan ini
dapat mengubah pemintaan agregat barang dan jasa sehingga mengubah produksi dan
lapangan pekerjaan dalam perekonomian jangka pendek. Apabila pemerintah
mengurangi belanja untuk menyeimbangkan anggaran, pemerintah perlu
memperhitungkan, baik dampak jangka panjang terhadap tabungan dan pertumbuhan
maupun dampak jangka pendek terhadap permintaan agregat dan lapangan kerja.
Apabila pemerintah menurunkan tingkat pertumbuhan jumlah uang yang beredar,
pemerintah perlu memperhitungkan dampak jangka panjang terhadap inflasi dan
juga dampak jangka pendek terhadap produksi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar